KERUKUNAN KELUARGA KAWANUA Menjunjung Adat, Menyatukan Hati, Membangun Negeri.

KERUKUNAN KELUARGA KAWANUA  Menjunjung Adat, Menyatukan Hati, Membangun Negeri.

justice-post.com Jakarta/
“Esa Lalan Esa Toroan” — Satu Jalan, Satu Tujuan

*Membangun dari Akar: Jalan Pulang yang Membawa Terang*

Di tengah hiruk-pikuk zaman, ketika modernitas kerap menjauhkan manusia dari akar budayanya, Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) hadir sebagai lentera yang memanggil pulang. Pulang bukan hanya secara fisik ke tanah Minahasa, Sulawesi Utara tetapi pulang secara batin — menemukan kembali jati diri, nilai luhur, dan semangat gotong royong yang diwariskan para leluhur.

Sebagaimana pepatah Minahasa berkata:

“Sitou timou tumou tou”
(Orang hidup untuk menghidupkan orang lain)

Falsafah ini menjadi dasar keberadaan KKK: hidup yang memberi hidup. KKK hadir bukan hanya menjaga harmoni antarwarga Kawanua, tetapi juga menyumbangkan energi, budaya, dan karya untuk bangsa dan negara.

Pelantikan & Pengukuhan DPP KKK 2025–2030: Panggung Penuh Makna

Hari/Tanggal: Jumat, 1 Agustus 2025
Waktu: 15:00 WIB
Tempat: Auditorium Balai Sarbini, Jakarta Selatan

Di hari yang bersejarah ini, KKK menggelar Pelantikan dan Pengukuhan Dewan Pengurus Pusat (DPP) untuk masa bakti 2025–2030. Tapi ini lebih dari sekadar acara seremonial — ini adalah panggung budaya, pernyataan marwah, dan pengikraran tanggung jawab luhur.

Acara ini disusun dengan harmoni nasional dan adat, diawali dengan tayangan video Minahasa, Sulawesi Utara dilanjutkan ibadah, lalu prosesi adat, dan ditutup dengan tarian sakral serta persembahan budaya.

Para pendukung bukan sekadar pelengkap, melainkan penjaga martabat budaya:

• Tukang Palakat — juru suara rakyat yang menyampaikan maksud luhur.

• Pembawa Pataka & Merah Putih — lambang tanggung jawab dan kehormatan.

• Kawasaran — tarian perang leluhur, simbol keteguhan dan keberanian moral.

• Kolintang & Pemain — penjaga melodi kearifan lokal.

• Pemimpin Lagu & Mars Kawanua — pengikat identitas bangsa dalam bingkai kedaerahan.

• Penyanyi Lagu Opo Wanantas — menyuarakan doa dan petuah bijak.

• Maengket dan Tetengkoreng — penutur kisah dalam irama, pengingat akan kolektivitas.

Mengapa Harus Dilantik?

Pelantikan bukan sekadar formalitas administratif. Ia adalah legitimasi struktural, sebuah pengakuan resmi terhadap amanah yang diemban dan komitmen terhadap visi yang disepakati. Di sinilah para pengurus berdiri, bukan sebagai pemilik jabatan, tetapi sebagai pelayan organisasi.

Dalam filosofi Kawanua, pelantikan adalah momen “pasiar kumang” — berjalan ke depan sambil membawa tanggung jawab bersama. Ini adalah awal dari perjalanan pelayanan, titik berangkat menuju kepemimpinan yang bukan untuk dilayani, tapi untuk melayani.

Mengapa Harus Dikukuhkan Secara Adat dan Budaya?

Jika pelantikan adalah sah secara administratif, maka pengukuhan adat menyempurnakannya secara spiritual dan kultural. Ia mengikat kepemimpinan pada akar nilai-nilai luhur Minahasa: kejujuran, keberanian, kehormatan, dan ketulusan.

Dalam sejarah Minahasa, para pemimpin tidak hanya ditunjuk — mereka dikukuhkan oleh adat, disahkan oleh nilai-nilai dan petuah leluhur, sebagai bentuk penyatuan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual.

Prosesi seperti tarian Kawasaran, lantunan Kolintang, dan nyanyian Maengket adalah doa hidup yang dikirimkan dalam bentuk seni. Ini bukan tontonan, tapi bagian dari “tatengan marwah” — penyematan martabat.

Sebagaimana pesan leluhur:

“Watu Pinawetengan takkan runtuh, selama adat dijunjung dan kehormatan dijaga”
(Batu persatuan Minahasa tidak akan goyah selama kita memegang adat dan saling menghormati)

Maka, pengukuhan bukan hanya penghormatan terhadap tradisi, tetapi pengesahan terhadap niat luhur. Kepemimpinan tanpa pengukuhan adat ibarat rumah tanpa pondasi — berdiri, tapi tak berakar.

Pelantikan dan Pengukuhan: Dua Sayap Kepemimpinan Bermarwah

Pelantikan memberi kekuatan struktural.
Pengukuhan adat memberi kekuatan spiritual.
Keduanya menjadikan kepemimpinan ini utuh — lahir dan batin.

Inilah wajah KKK: organisasi modern yang berpijak pada warisan leluhur. Menjunjung akal budi dan adat dalam satu tarikan napas, agar pemimpin yang lahir bukan hanya cerdas dan terampil, tetapi juga berhati dan bermarwah.

Kontribusi Kawanua untuk Indonesia: Dari Tanah Leluhur ke Panggung Nasional

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, KKK berpikir luas, bertindak nyata, dan memberi kontribusi konkret :

1. *Keselarasan Spiritual dan Pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa*
Dalam setiap kegiatan, KKK selalu diawali dan diakhiri dengan ibadah dan doa. Ini menegaskan bahwa segala ikhtiar Kawanua selalu disandarkan kepada restu dan kuasa Sang Pencipta. Spiritualitas menjadi fondasi utama gerak organisasi, sekaligus cahaya yang menerangi jalan pengabdian.

2. *Pemberdayaan Sosial & Pendidikan*
KKK membina generasi muda melalui beasiswa, pelatihan, dan pendampingan karier, demi mencetak pemimpin yang berbudaya, berkarakter dan berintegritas.

3. *Diplomasi Budaya*
KKK menjadi duta Minahasa ke dunia — membawa pesan damai, keberagaman, keharmonisan, dan keindahan Nusantara.

4. *Solidaritas dan Kemanusiaan*
Dengan semangat mapalus, KKK hadir untuk membantu mereka yang tertimpa duka atau menghadapi tantangan hidup, _dengan semangat kekeluargaan_.

5. *Pemersatu Diaspora Kawanua*
KKK menyatukan potensi warga ~Minahasa~_Kawanua_ di seluruh dunia — dari kampung hingga metropolitan, dari tanah air hingga mancanegara.

Menuju Kepemimpinan yang Bermarwah

DPP KKK 2025–2030 bukan hanya pengurus. Mereka adalah “Walian Zaman Ini” — pemegang amanah yang menuntun dengan nurani, menjunjung budaya, dan mengakar pada kearifan lokal.

Sebagaimana pesan leluhur:

“Wene ne tou narasa wia, asaken um banua”
(Bila hati manusia telah dipenuhi cahaya, maka negerinya akan ikut bersinar)

Kepemimpinan sejati bukan soal kekuasaan, tetapi tentang melayani dengan hati — menjadi jembatan antara masa lalu yang bijaksana, dan masa depan yang cemerlang.

Untuk Minahasa, Untuk Nusantara

“Esa Lalan Esa Toroan” bukan sekadar semboyan. Ia adalah roh dari perjalanan kolektif kita:
Bahwa dalam keberagaman langkah, kita tetap menuju satu tujuan — kesejahteraan bersama, kehormatan budaya, dan kontribusi bagi tanah air.

Kami mengundang seluruh masyarakat Kawanua, sahabat budaya, dan anak bangsa untuk hadir dan menyaksikan peristiwa penting ini.
Bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk melanjutkan warisan luhur — dengan cara yang cemerlang dan bermartabat.

"Kerukunan Keluarga Kawanua
Menjaga akar. Menjadi cahaya. Untuk Sulawesi Utara, Untuk Indonesia, Untuk Dunia.”

red.